Kamis, 23 Desember 2010

Mahalnya Kejujuran



Oleh. Ujang

Bila dicermati, apakah yang paling jarang kita jumpai sekarang? Maka jawabannya adalah KEJUJURAN. Kemiskinan dengan mudah bisa kita temui. Perbuatan asusila bertebaran di berbagai tempat, buktinya lihatlah ke objek wisata-objek wisata yang agak jauh dari keramaian, diskotik, pantai bahkan tidak jarang perhotelanpun malah dijadikan. Korupsi dengan segala tetek bengeknya selalu menjadi konsumsi berita media di negeri ini sepanjang waktu. Maka tepatlah, bahwa kejujuran termasuk sesuatu yang sangat nyata hari ini.

Dalam sabili.co.id beberapa waktu lalu dikisahkan suatu kisah yang sangat menarik tentang wara’nya Umar bin Abdul Azis. Diceritakan hari terakhir Umar bin Abdul Azis menjadi khalifah Bani Umayyah, ia didatangi oleh Maslamah bin Abdul Malik. Ia adalah salah seorang keluarga Abdul Malik bin Marwan/keluarga Bani Umayyah yang mengingatkan Umar bin Abdul Aziz dengan mengatakan, “Wahai Amirul mukminin, sesungguhnya engkau telah membuat anak-anakmu ini miskin. Padahal harta negara berlimpah. Mengapa engkau tidak berwasiat tentang anak-anakmu ini kepada kami agar hidup layak sebagaimana keluarga Bani Umayyah yang lain?

Umar bin Abdul Aziz berkata, “Bangunkan dan sandarkan aku." Lalu ia berujar tentang pernyataan Maslamah yang menganggapnya telah membuat miskin anak-anaknya itu. "Demi Allah saya tidak menghalangi dari hak mereka, tetapi saya tidak memberikan yang bukan haknya. Tentang wasiat yang engkau sampaikan: Sesungguhnya pelindungku ialah yang telah menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) dan Dia melindungi orang-orang yang shalih," kata Umar seraya mengutip QS.7: 196.

Selanjutnya Umar bin Abdul Aziz menegaskan: Anakku kemungkinannya adalah satu dari dua pilihan. Kemungkinan pertama, ia menjadi orang-orang shalih yang bertaqwa kepada Allah, maka pastilah Allah yang akan memberikan jalan keluar dari semua masalah yang akan mereka hadapi. Atau kemungkinan kedua, mereka menjadi ahli maksiat, maka saya tidak akan pernah menjadi fasilitator bagi perbuatan maksiatnya.

Kemudian Umar bin Abdul Aziz memanggil anak-anaknya (semua laki-laki berjumlah tiga belas), setelah mereka berkumpul di hapadannya ia pandangi satu persatu putranya itu. Kemudian ia berkata di hadapan Maslamah bin Abdul Malik, “Anak-anak muda yang hendak aku tinggalkan dalam keadaan miskin tidak memiliki kekayaan sedikitpun, sesungguhnya saya bersyukur kepada Allah, meninggalkan anak-anak muda ini dalam keadaan baik."

Umar melanjutkan, "Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu berada dalam dua pilihan. Pertama, meninggalkan kalian dalam keadaan kaya, tetapi ayahmu akan masuk neraka karena memberikan fasilitas yang bukan hak kalian. Kedua, meninggalkan kalian dalam keadaan miskin, tapi ayahmu berpeluang masuk surga karena ayah hanya meninggalkan yang memang menjadi hak kalian.” lalu Umar bin Abdul Aziz lebih senang meningalkan mereka dalam keadaan miskin tetapi shalih dan bertaqwa.

Luarbiasa sekali.....Seandainya sikap seperti yang dicontohkan Umar bin abdul azis ini bisa kita teladani dalam setiap lini pekerjaan yang kita lakukan, tentunya kesejahteraan bersama itu akan terwujud. Tidak seperti yang sering diributkan banyak orang sekarang bahwa yang kaya dan berkuasa semakin kaya dan yang miskin semakin teraniaya. Wallahu a’lam.

1 komentar:

Mampir bentar J... ^_^
Good Article!!!

Posting Komentar