Senin, 20 Juli 2009

Kebahagiaan Sejati

Oleh : Ujang, S.ThI

Sebagian orang beranggapan bahwa kebahagiaan yang sebenarnya itu terdapat pada banyaknya harta yang dimiliki serta banyak aspek materi yang sudah diraih. Sehingga, kebutuhan materi menjadi tujuan utama bagi kehidupan manusia. Benarkah demikian?

Bagi manusia yang tujuan kehidupannya hanyalah kehidupan duniawi saja tentu ia akan memandang demikian. Sebab, mereka meyakini bahwa hidup itu hanya sekali, yakni kehidupan sekarang. Sehingga bagi mereka, tolak ukur segala bentuk kebahagiaan dan kesuksesan adalah aspek material.

Sebaliknya, dalam al-Qur’an kebahagiaan dan keberhasilan itu justeru tolak ukurnya adalah kebahagiaan dalam kehidupan yang abadi nanti, yakni kehidupan akhirat. Allah berfirman :

كل نفس ذائقة الموت و إنما توفون أجوركم يوم القيامة فمن زحزح عن النار و أدخل الجنة فقد فاز وما الحياة الدنيا إلا متاع الغرور

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali ‘Imran : 185)

Dalam ayat tersebut, Allah menyatakan bahwa “barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung”. Di sini dapat dipahami bahwa puncak kebahagiaan itu sebenarnya adalah ketika seseorang selamat dari siksaan Allah (neraka).

Tentu, ketika kebahagiaan dan kesukseskan diukur di sana, maka konsekuensi untuk mencapainya ialah selama hidup di dunia seseorang mesti hidup sesuai dengan norma-norma dan aturan Allah SWT. Hal inilah yang diisyaratkan Allah melalui firmannya :

يايها الذين أمنوا اركعوا واسجدوا واعبدوا ربكم وافعلوا الخير لعلكم تفلحون

“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (al-Hajj : 77)

Bila kita perhatikan dalam al-Qur’an, terdapat dua kata yang sangat dekat maknanya dengan kesuksesan ini, yaitu al-fa’izun dan al-muflihun. Kata al-fauz seperti terdapat dalam QS. Ali ‘Imran : 185 yang sudah kita kemukakan di atas tadi. Kata ini (al-fauz) disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 16 kali, sedangkan kata dari perubahan bentuknya sebanyak 13 kali. Semua kata-kata itu tersebar dalam 20 surat al-Qur’an.

Oleh sebab itu, jalan untuk meraih kebahagiaan sejati ialah dengan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan hidup. Hal ini tidaklah menghalangi manusia dari dunia. Sebaliknya, ketika akhirat sudah dijadikan tujuan, niscaya dunia akan terbawa. Rasulullah pernah bersabda :

من كانت الاخرة همه جعل الله غناه في قلبه و جمع له شمله و أتته الدنيا و هي راغمة ومن كانت الدنيا همه جعل الله فقره بين عينيه و فرق عليه شمله و لم يأته من الدنيا إلا ما قدر له

“Barangsiapa menjadikan akhirat sebagai tujuan hidupnya, maka Allah akan menjadikan kekayaan di dalam hatinya, mengumpulkan dunia baginya, dan dunia dating kepadanya dengan menunduk. Barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya, maka Allah akan menjadikan kemiskinan dalam hatinya, menghancurkan dunianya, dan dunia tidak akan dating kepadanya, kecuali apa yang telah ditentukan untuknya.” (HR. Tirmidzi)

Semoga kita selalu termasuk orang-orang yang akan mendapatkan kemenangan dan kesuksesan itu. Sehingga akan meraih kebahagiaan yang sesungguhnya. Wallahu a’lam.

2 komentar:

kebahagian yang sejati adalah bagaimana kita bisa mensyukuri apa yang telah diberikan.

goog post...

salam kenal

Pikiran Kitalah yang Menciptakan Bahagia atau Tidak Bahagianya Kita.

Posting Komentar