Kamis, 19 Februari 2009

HARI VALENTINE

Oleh. Ujang, S.ThI

Pertengahan bulan Februari ini kembali masyarakat kita, terutama para remaja memperingati hari valentine atau yang lebih dikenal dengan hari kasih-sayang. Sudah menjadi budaya bagi para generasi muda untuk selalu melakukan acara-acara istimewa untuk orang-orang yang dicintai pada hari itu. Persoalannya, apakah tradisi seperti itu dibolehkan dalam agama atau tidak…???

Sejarah Valentine

Dalam al-islahonline.com diceritakan bahwa Valentine adalah nama seseorang pemimpin agama Katolik yang telah dianggap menjadi martir ?Islam : Syuhada- oleh orang-orang Kristen (katolik) dan Valentine telah diberi gelar sebagai orang suci (Santo) oleh orang-orang Kristen.

Kisahnya bermula ketika raja Claudius II (268 - 270 M) mempunyai kebijakan yang melarang prajurit-prajurit-nya untuk menikah. Menurut raja Claudius II, bahwa dengan tidak menikah maka para prajurit akan agresif dan potensial dalam berperang.

Kebijakan ini ditentang oleh Santo Valentine dan Santo Marius, mereka berdua secara diam-diam tetap menikahkan para parujurit dan muda-mudi, lama-kelamaan tindakan mereka diketahui oleh raja Claudius, sang rajapun marah dan memutuskan untuk memberikan sangsi kepada Valentine dan santo Marius yaitu berupa hukuman mati.

Sebelum dihukum mati, Santo Valentine dan Santo Marius dipenjarakan dahulu, dalam penjara Valentine berkenalan dengan seorang gadis anak sipir penjara, kemudian gadis ini setia menjenguk valentine hingga menjelang kematian Valentine. Sebelum Valentine dihukum mati, Valentine masih sempat menulis pesan kepada gadis kenalannya, yang isinya :

' From Your Valentine '

Setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, orang-orang selalu mengingat kedua santo tersebut dan merayakannya sebagai bentuk ekspresi cinta kasih Valentine, dua-ratus tahun kemudian yaitu tahun 496 Masehi setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, Paus Galasius meresmikan tanggal 14 Pebruari 496 sebagai hari Velentine.

Ada versi lain tentang sejarah Valentine, yaitu pada masa Romawi Kuno, tanggal 14 Pebruari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno, dewi Juno adalah ratu dari segala dewa dan dewi, orang-orang Romawi kuno juga meyakini bahwa dewi Juno adalah dewi bagi kaum perempuan dan perkawinan ?dewi cinta.

Pada tanggal 14 Pebruari orang-orang Romawi kuno mengadakan perayaan untuk memperingati Dewi Juno dengan cara memisahkan kaum laki-laki dan perempuan. Nama-nama remaja perempuan ditulis pada potongan kertas lalu digulung dan dimasukkan ke dalam botol, setelah itu para laki-laki mengambil satu kertas sebagai, setiap laki-laki akan mendapatkan pasangan sesuai nama yang didapat dalam undian tersebut, bila kemudian mereka ada kecocokan maka mereka akan melangsungkan pernikahan dihari-hari berikutnya.

Pada abad ke 16 Masehi, perayaan Valentine yang semula merupakan ritual milik agama Kristen Katolik telah berangsur-angsur bergeser, yang semula untuk memperingati kematian santo Valentine dan Marius telah bergeser menjadi hari ?Jamuan Kasih Sayang? yang disebut sebagai ?Supercalis? seperti yang dirayakan oleh bangsa Romawi Kuno pada tiap tanggal 15 Pebruari.

Sedangkan pada abad pertengahan di dalam bahasa Perancis-Normandia terdapat kata ?Galentine? yang berasal dari kata Galant yang berarti cinta, persamaan bunyi antara Galentine dan Valentine disinyalir telah memberikan ide kepada orang-orang Eropa bahwa sebaiknya pada tanggal 14 Pebruari digunakan untuk mencari pasangan. Dan kini Valentine telah tersinkretisasi dengan peradaban Barat. Valentine telah menjadi bentuk pesta hura-hura, simbol modernitas, sekedar simbol cinta, dan sudah mulai bernuansa pergaulan bebas dan seks bebas.

Peringatan hari Valentine menurut Islam

Berdasarkan sejarah valentine di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa tradisi memperingati hari valentine bukanlah termasuk budaya Islam. Sebagai seorang mukmin, kita haruslah bertanya : Wajarkah kita mengikuti tradisi-tradisi umat tertentu yang tidak ada hubungannya dengan agama kita?

Apakah kita tidak merasa cemas dengan ancaman Rasulullah SAW : “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, ia akan termasuk golongan mereka.” HR. Ahmad. Artinya setiap budaya dan cara hidup umat lain yang kita tiru, bisa berarti bahwa kita juga bagian dari umat tersebut. Jika memang demikian, maka sudah sepatutnya bila setiap remaja muslim tidak lagi memperingati hari tersebut.

Bila ditinjau dari aspek mudharat yang sering terjadi, maka peringatan hari kasih-sayang juga sering mendatang bahasa besar bagi seseorang. Mengapa tidak………………………? Bukankah tidak sedikit remaja muslim yang menghabiskan malam valentine untuk melepaskan dan melampiaskan rasa saying mereka, baik dengan mengadakan acara nongkrong di tepi pantai, gunung-gunung, melakukan kemping yang bercampur antara laki-laki dan perempuan. Bahkan tidak jarang, MAAF…………. Bagi mereka yang masih memiliki kadar iman yang kurang sering menjadikan malam tersebut untuk merusak kehormatan teman dekatnya (alias pacarnya). Na’udzubillah min dzalik!!!

Bukankah ajaran agama kita melarang bepergian antara dua orang yang bukan muhrim, terlebih lagi bila hal itu dilakukan ke tempat-tempat yang sepi. Ajaran agama kita sangat memperhatian kemaslahatn penganutnya. Tidak hanya melakukan zina yang dilarang, bahkan mendekati tempat-tempat dan aspek-aspek yang bisa membuka terjadinya perbuatan zinapun dilarang. Allah berfirman : “Janganlah kamu dekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan seburuk-buruk jalan.” (QS. al-Isra’ “ )

Sebagian besar remaja muslim, bahkan orang tua sekalipun cukup banyak yang memeriahkan acara tersebut sekedar hiburan semata dan ditambah lagi akibat ketidaktahuan mereka tentang sejarah velentine. Inilah kelemahan terbesar umat Islam hari ini. Padahal Allah telah mengisyaratkan :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabnya.” (Al Isro’: 36)

Di sisi lain. Agama Islam hanya mengizinkan hari berkasih-sayang itu setelah masa pernikahan. Tidak pantas bagi seorang muslim membagi lebih dulu kasih saying tersebut sebelum mereka mengadakan akad nikah. Sedangkan peringatan valentine lebih sering mengajarkan para remaja untuk selalu mengungkapkan cinta dan kasing-sayang kepada lawan jenis yang dicintainya.

Saudara-saudaraku seiman……, ternyata memang besar sekali kemudharatan memperingati hari valentine tersebut, yang jelas tidak berasal dari agama kita. Oleh sebab itu, masih kita akan menjadi manusia yang terbawa dengan lingkungan sekitar setiap memasuki tanggal 14 Februari itu. Atau sebaliknya, kita berjanji pada diri sendiri bahwa mulai hari ini saya akan menjadi muslim sejati yang salah satu caranya ialah tidak mudah mengikuti budaya-budaya luar, apalagi yang bisa merusak agama seperti peringatan hari valentine. Wallahu a’lam.


Referensi :

1. http://al-islahonline.com/bca.php?idartikel=93
2.http://manhajislam.wordpress.com/2007/01/08/valentine-hari-raya-mengenang-pendeta/
3..http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/01/29/197/187373/alasan-wanita-mengagungkan-hari-valentine

1 komentar:

lanjut terus dakwah kita ustad

Posting Komentar