Selasa, 18 November 2008

URGENSI PERSAUDARAAN SEIMAN

Oleh. Ujang, S.ThI

Semakin majunya zaman seringkali membuat manusia lupa diri. Persaingan hidup di zaman global ini tidak jarang menciptakan pola hidup saling mengejar keuntungan masing-masing yang tanpa malu menghalalkan segala cara. Pola hidup materialis telah banyak mendatangkan korban, terutama tiada lagi memandang kawan dan teman-teman dekat. Ada suatu sifat yang kita jumpai dalam kehidupan seperti ini yaitu perasaan diletakkan di belakang, rasa kasihan dikesampingkan. Sehingga, yang terjadi adalah keuntungan dan keberhasilan mesti tercapai walaupun harus dengan cara kehilangan teman-teman dekat dan menebar permusuhan.

Di sisi lain, kita melihat sifat serupa sudah mulai merasuk ke dalam tokoh-tokoh umat. Akibatnya, masing-masing orang berjuang hanya demi mementingkan kelompoknya sendiri. Wajar kiranya hari ini, bila kita selalu merasakan umat Islam selalu tersingkirkan. Sebab persatuannya betul yang telah rapuh. Beberapa kali umat Islam selalu kalah di parlemen dalam menggodok undang-undang. Bahkan tidak jarang yang terjadi adalah saling baku hantam antar sesama umat Islam sendiri yang disebabkan perkara-perkara yang sepele.

Oleh sebab itu, sudah saatnya bagi kita merenungi kembali pesan-pesan Allah SWT tentang persaudaraan ini agar tidak terjebak pada pola hidup materialistis yang mempersempit rasa persaudaraan dan melenyapkan rasa kasihan demi mendapatkan suatu keberhasilan. Allah berfirman :

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat [49] : 10).

Secara implisit, ayat ini menjelaskan tentang pentingnya persaudaraan antar orang-orang mukmin. Karena, hanya dengan bersaudara dan bersatulah, rahmat Allah SWT akan diturunkan-Nya kepada hamba-Nya. Makanya, dalam ayat ini diperintahkan agar setiap persengketaan yang terjadi sesama muslim segera diselesaikan dengan baik.

Persaudaraan yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah persaudaraan berdasarkan agama. Oleh sebab itu, ketika terjadi pertikaian sesama orang-orang mukmin, Allah memerintahkan agar mereka didamaikan kembali. Hal ini diisyaratkan dalam ayat berikut :
Artinya : “dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al-Hujurat [49] : 9)

Menurut Said Agil Husin al-Munawar (2003 : 246), ayat-ayat dalam surah al-Hujurat ini menggambarkan dua metode menciptakan persaudaraan antara orang-orang beriman. Pertama, jika terjadi konflik antara orang-orang beriman, maka harus diselesaikan dengan adil. Kedua, tindakan preventif, yakni bersifat pencegahan hal-hal yang dapat menimbulkan potensi konflik, seperti larangan menghina, menggunjing, memperolok-olok, dan berprasangka buruk.

Menarik sekali beberapa bentuk tindakan preventif yang digambarkan al-Qur’an tersebut. Sebab, semua larangan di atas jika dilanggar, akan dapat mendatangkan terjadinya konflik. Jika dihayati dengan mendalam akan terlihat betapa tingginya pengajaran Allah SWT dalam rangka menciptakan ketenangan, kedamaian dan persatuan sesama manusia. Allah berfirman :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat [49] : 11)

Demikian juga dengan sikap yang terlalu mudah berprasangka buruk (Su’uz zhan) tanpa alasan yang jelas, mencari-cari kesalahan orang lain maupun mempergunjingkan keburukannya.

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat [49] : 12)

Larang yang keras juga disampaikan Rasulullah SAW : “Jauhilah oleh prasangka! Sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (Muttafaqun ‘alaih)

Bila beberapa pesan al-Qur’an tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan setiap muslim, niscaya mereka akan kuat serta disegani orang lain. Namun, akibat tingginya rasanya ego masing-masing kelompoklah, akhirnya berbagai kesulitan dan kegagalan kembali dirasakan. Dalam skala internasional, negara-negara Islam sering hanya dijadikan boneka negara-negara Barat. Sedangkan secara nasional, umat Islam tercatat mayoritas, namun lemah dalam menyampaikan berbagai aspirasinya. Wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar