Rabu, 15 Oktober 2008

KEUTAMAAN RASULULLAH

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33] : 21)

Besok, tepatnya 12 Rabiul Awal 1428 H, kita kembali memperingati hari kelahiran Rasulullah Muhammad saw, yang biasa dikenal dengan peringatan maulid nabi. Peringatan ini memang tidak pernah dilakukan pada zaman Rasul saw maupun sahabat-sahabatnya. Tetapi dengan mengadakan peringatan seperti ini juga bukanlah suatu kesalahan. Sebab, momen ini hanya ingin kita jadikan untuk mengingat kembali betapa pentingnya kehadiran beliau dalam perbaikan akhlak manusia yang pengaruhnya masih dapat dirasakan sampai sekarang.
Tidaklah berlebihan, bila dikatakan bahwa pada diri Rasulullah terdapat keteladanan yang sempurna. Keteladanan ini tidak hanya disebabkan dalam kapasitasnya sebagai seorang Rasul dan telah mendapatkan bimbingan wahyu. Namun, dari sisi manusiawinya, beliau telah memiliki banyak keutamaan yang jarang ditemukan pada setiap orang.
‘Abbas Mahmud al-‘Aqqad, sebagaimana dikutip oleh M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, menjelaskan ada empat tipe manusia, yaitu pemikir, pekerja, seniman dan yang jiwanya larut dalam ibadah. Jarang ditemukan satu pribadi yang terkumpul dalam dirinya dan dalam tingkat yang tinggi dua dari keempat kecenderungan atau tipe tersebut, dan mustahil keempatnya berkumpul pada diri seseorang. Namun pada diri nabi Muhammad berkumpul keempat tipe tersebut.
Pendapat di atas tidaklah berlebihan, karena orang yang menelusuri sejarah kehidupan beliau secara objektif, pasti akan mengakui keutamaannya. Makanya, seorang orientalis yang bernama Michael H. Hart menempatkan beliau pada urutan pertama dalam bukunya Seratus Tokoh dunia. Meskipun masih ada beberapa orang yang berusaha memperlihatkan celaan beliau, namun itu semua tidak lain berasal dari subjektifitas mereka yang memang sudah anti dengan agama Islam, terlebih dengan Rasul yang membawanya.
Pentingnya keteladanan Rasulullah tidak hanya berdasarkan penilaian manusia, namun Allah swt sendiri yang telah memberikan isyarat tentang hal itu. Hal ini dapat dilihat dalam QS. Al-Ahzab [33] : 21, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Ayat ini secara eksplisit menunjukkan bahwa keteladanan yang dimilikinya sudah diakui dan disahkan Allah swt untuk ditiru. Tidak seperti tokoh-tokoh yang lain, dalam beberapa aspek kita mengaguminya, tapi tidak jarang pada sisi lain perbuatan mereka tidak disukai banyak orang.
Seorang pakar tafsir, Al-Qurthubi, mengemukakan bahwa dalam soal-soal agama, keteladanan itu merupakan kewajiban, tetapi dalam soal-soal keduniaan, maka ia merupakan anjuran. Pendapat demikian dilatarbelakangi oleh ucapan Rasul pada peristiwa pengawinan korma yang dilakukan beberapa orang sahabat, bahwa “kamu lebih mengetahui urusan-urusan duniamu.”
Ketika Aisyah ditanya orang tentang akhlak Nabi, ia menjawab “Akhlaknya adalah Al-Qur’an.” Bagi orang yang memahami al-Qur’an, mereka akan memahami bahwa semua ajaran al-Qur’an teraplikasi dalam kepribadian dan perbuatan Rasulullah. Makanya, Allah memuji akhlaknya sebagai akhlak yang agung, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam [68] : 4). Oleh sebab itu, beliau merupakan sosok pemimpin dan pengajar yang telah mengamalkan semua ajaran yang disampaikannya. Berbeda dengan kebanyakan orang hari ini yang hanya lebih pintar bicara, tetapi tidak mampu melakukan segala yang diucapkannya, bahkan terkadang perkataannya itu bertentangan dengan perbuatannya sendiri. Allah mengatakan : “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (QS. Al-Shaf [61] : 3).
Dalam kapasitasnya sebagai Rasul, misi beliau adalah : Pertama, Penutup para nabi. Allah katakan, “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab [33] : 40). Kedua, Membenarkan para nabi sebelumnya dan menghapus serta menyempurnakan risalah sebelumnya. “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.” (QS. Al-Shaf [61] : 9) Ketiga, Ditujukan untuk seluruh manusia. Dalam QS. Saba’ [34] : 28, dijelaskan, “Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” Keempat, Ditujukan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Hal ini diisyaratkan Allah, “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’ [21] : 107).
Dengan diketahuinya misi utama kedatangan Rasulullah saw ini, maka sudah seharusnya kita melakukan beberapa kewajiban kepadanya dengan melaksanakan beberapa hal berikut : Pertama, Membenarkan apa yang dikabarkannya. Allah mengatakan, “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (al-Zumar [39] : 33). Kedua, Menaati semua perintahnya. Dalam QS. Al-Nur [24] : 51, dikatakan : “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: Kami mendengar, dan kami patuh. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Ketiga, Menjauhi apa yang dilarangnya. “……Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr [59] : 7). Keempat, Melaksanakan ibadah dengan jalan mengikuti syarai’at yang disampaikannya. “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. Al-Nisa’ [4] : 80).
Berdasarkan uraian di atas, semoga kita dapat menjadikan peringatan maulid nabi tahun ini untuk lebih mengenal kepribadian Rasulullah saw sebagai manusia yang paling agung dan memiliki puncak akhlak termulia. Karena orang mengenal kepribadiannya secara mendalam akan semakin mengaguminya, sehingga terpanggil hatinya untuk meneladani akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari. (wallahu a’lam)

0 komentar:

Posting Komentar